• adminbakti
  • 28 August 2023

Tri Wasono Sunu: Tren Peluang Kerja bagi Teman Difabel dan Kelompok Rentan

“Berbicara tentang hak disabilitas salah satu titik pijaknya adalah Undang-Undang Nomor 8 Tahun 2016, di sana ada kewajiban minimal 2% bagi pemerintah dan 1% bagi swasta untuk menyerap tenaga kerja dari total pekerja yang ada,” ungkap Tri Wasono Sunu (Head of Human Capital, PT Sumber Alfaria Trijaya Tbk (Alfamart). 

Dari tahun ke tahun ekspansi toko PT Sumber Alfaria Trijaya Tbk semakin meningkat yang diikuti penambahan jumlah karyawan. Untuk Alfamart kini sudah tersebar di 26 cabang dengan jumlah toko sebanyak 18 ribu dan jumlah karyawan 156 ribu lebih. Sementara untuk Alfamidi, ada 11 cabang dengan 2 ribu lebih toko dan 26 ribu lebih karyawan. Artinya, perusahaan ini memiliki kewajiban menyerap tenaga dari disabilitas minimal 1.500 lebih untuk Alfamart dan 260 lebih untuk Alfamidi. 

Hal pertama yang dilakukan Alfa group adalah berkolaborasi, berbagi pengetahuan, dan pengalaman untuk merekrut teman-teman difabel. “Tahun 2016 kami berkolaborasi dengan Yayasan Yakkum Yogyakarta untuk belajar bagaimana membuat model yang dapat kami replikasi di tempat kami,” ujar Tri Wasono 
 
Seperti apa modelnya? Tri Wasono menjelaskan bahwa pertama adalah diperlukan niat baik sebagai dasar dan harus selaras dengan komitmen, values, dan visi perusahaan. Kedua, niat baik itu harus didukung penuh dari pimpinan perusahaan atau organisasi. Selanjutnya, niat baik dan komitmen ini harus ditunjang dengan strategi yang jelas dan dapat dijalankan di setiap unit organisasi. Terakhir adalah perlu kolaborasi baik internal maupun eksternal. 

Dalam visinya, Alfamart menyebutkan bahwa “harus dimiliki masyarakat luas”, artinya masyarakat bisa memiliki Alfamart melalui jaringan waralaba atau bisa dengan menjadi bagian dari tim. Sebagai perusahaan terbuka, Alfamart harus punya tata kelola dan kode etik yang baik. “Kami ingin menjadi perusahaan yang inklusif, bisa menghargai dan mengakomodasi karyawan untuk berkontribusi bersama kami termasuk teman-teman difabel,” ungkapnya. 

Setelah memiliki model yang jelas dan mengantongi komitmen manajemen, Tri Wasono mulai replikasi di warehouse mereka. “Kami uji coba di warehouse kami, ketika sudah berhasil kami membuat model itu menjadi lebih komprehensif, baru menyusun strategi dan taktiknya,” ia menjelaskan. 

Pertama, di setiap lokasi kerja harus dilakukan pemetaan jenis-jenis aktivitas pekerjaan  yang dapat dilakukan oleh teman-teman difabel sesuai ragamnya. Sebagai contoh untuk pekerjaan pengambilan barang untuk disabilitas tuna rungu dan tuna wicara, sementara di toko untuk disabilitas daksa, untuk pekerjaan kantor bisa semuanya atau netra yang low vision. 

Untuk mendorong ini, Tri Wasono membuat Key Performance Indicator (KPI) bahwa ada kewajiban unit-unit untuk merekrut teman-teman difabel. KPI itu dibuat bertahap dari tahun ke tahun, misalnya KPI 2017 adalah 0,1% kemudian KPI 2018 naik menjadi 0,2. Kemudian ia mulai menyiapkan strategi perekrutannya dengan membuat standar prosedur, polanya, hingga pelatihannya agar bisa diimplementasikan sampai level bawah. “Pada 2023 strategi ini sudah naik menjadi corporate strategic action,” ujarnya bangga. 

Perkembangan dari 2016 hingga kini 2023, Alfamart sudah mampu memiliki 973 karyawan dari berbagai ragam disabilitas. Tri Wasono mengakui bahwa program ini tidak mungkin dapat berjalan tanpa kolaborasi. “Saya ingin berkolaborasi dengan semua pihak yang ada di sini, kami memiliki keterbatasan untuk menjangkau taman-teman difabel. Mari berkolaborasi bersama untuk mendukung program ini,” pungkasnya.

Simak presentasi Tri Wasono Sunu di FFKTI IX