Praktik Cerdas di FFKTI IX: Manusia Sehat Alam Lestari

Presenter: 
Nur Febriani Wardi, Direktur Eksekutif Yayasan Alam Lestari (ASRI) 
dr. Maria Kartika, Direktur Klinik ASRI 

Kesehatan manusia dan kesehatan alam adalah dua hal yang tak terpisahkan, manusia tidak akan sehat tanpa alam yang sehat begitupun sebaliknya. Di Kabupaten Kayong Utara, Provinsi Kalimantan Barat, Yayasan Alam Sehat Lestari (ASRI) memulai upaya pertama menjaga alam dengan menyediakan pelayanan kesehatan bagi masyarakat berupa Klinik ASRI. Bagaimana kisahnya? 

“16 tahun lalu di sekitar Taman Nasional Gunung Palung (TNGP) di mana Asri bekerja ada lebih dari seribu logger yang bekerja di sekitar kawasan, mereka menebang pohon bukan hanya untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari tetapi juga untuk membayar pengobatan keluarganya,” tutur Nur Febriani Wardi, Direktur Eksekutif Yayasan ASRI mengawali cerita. 

Setiap tahun satu orang logger dapat menebang pohon sebanyak 500 pohon. Maka jika ada seribu logger, hutan di Kawasan TNGP berpotensi kehilangan 500 ribu pohon per tahun. Bayangkan betapa banyak pohon yang harus hilang ketika masyarakat tidak punya pilihan untuk akses mata pencaharian yang lain. “Saya melihat mereka adalah seorang ayah, kakak laki-laki yang bekerja keras untuk memenuhi kebutuhan hidup keluarganya, namun kadang mereka terjepit kepada pilihan antara hutan dan kesehatan,” ujar perempuan yang akrab disapa Febri ini. 

Akses kesehatan di wilayah ini memang tidak mudah dan tidak murah. Di musim kemarau, masyarakat harus menempuh waktu satu hingga dua jam untuk ke puskesmas kecamatan terdekat. Mereka harus melewati kebun sawit, jalan tanah lempung, dan jalan berbatu. Jika musim hujan, waktu tempuh yang dibutuhkan lebih lama antara lima sampai enam jam. Masyarakat juga harus melewati sungai menggunakan perahu kelotok dengan biaya kurang lebih di atas satu juta. “Jadi memang tidak banyak pilihan selain menebang pohon untuk dapat uang berobat,” kata dr. Maria Kartika, Direktur Klinik ASRI. 

Mengetahui besarnya keterkaitan antara kesehatan manusia dan kelestarian hutan ini, ASRI bekerja dengan pemerintah dengan menggunakan dua pendekatan. Pertama, Planetary Health atau Kesehatan Planet, manusia tidak akan sehat tanpa alam yang sehat dan alam tidak akan sehat tanpa manusia yang sehat. Kedua, Radical Listening, artinya ketika berbicara tentang konservasi hutan maka harus mendengarkan kepada ahlinya yaitu masyarakat yang tinggal di sekitar hutan. “Kami menghabiskan ratusan jam bersama masyarakat untuk mencari solusi bersama supaya masyarakat lebih sehat dan lebih sejahtera namun hutannya tetap lestari, dan jawaban dari masyarakat adalah kesehatan,” kata Febri. 

Saat ini Yayasan ASRI memiliki klinik bernama Klinik ASRI. Sejak berdiri tahun 2007, klinik ini telah melayani 40.500 pasien hingga kini. Klinik ini mungkin satu-satunya klinik di Indonesia yang menerima pembayaran non-tunai. Masyarakat yang berobat dapat membayar dengan bibit pohon, kerajinan tangan, kulit telur, dedak, sekam, tenaga kerja, bahkan dengan kotoran hewan. Alat tukar tersebut kemudian dihargai dengan sejumlah uang tapi tak diberikan dalam bentuk tunai melainkan sebagai pengganti biaya berobat atau menjadi tabungan yang kelak dapat digunakan untuk berobat pasien dan keluarganya. ASRI juga memberikan diskon bagi desa atau dusun yang terbukti melakukan praktik-praktik mengurangi kegiatan deforestasi. 

Saat ini ASRI sudah mengumpulkan lebih dari 137ribu bibit dari pasien yang kemudian ditanam kembali di area TNGP.  Sementara untuk dedak, sekam, dan kulit telur digunakan untuk pembuatan pupuk organik. “Hingga kini kami kami dan masyarakat telah menanam lebih dari 550 ribu bibit di sekitar 350 hektar kawasan hutan konservasi,” kata Kartika. 

Dalam upaya konservasi, ASRI tentu tidak bisa langsung melarang perusakan hutan atau menutup mata pencaharian penduduk sebagai logger. ASRI memfasilitasi penduduk untuk mengembangkan mata pencaharian yang diminati penduduk. Beberapa program yang dilakukan adalah chainsaw buyback yang ditukar dengan modal usaha. Sementara jenis aktivitas yang dikembangkan seperti pertanian organik, nelayan, dan lain-lain. 

“Selama 16 tahun bekerja, ASRI telah melihat banyak sekali kemajuan, seperti rumah tangga yang melakukan illegal logging menurun drastis hampir 90%, masyarakat menjadi lebih sehat dengan adanya layanan Klinik ASRI, dan hutan menjadi tumbuh kembali,” ujar Kartika. 

Menutup presentasinya, Kartika berbagi kunci keberhasilan yang dilakukan ASRI. Pertama adalah kolaborasi. Kedua, pentingnya mendengarkan suara dari masyarakat adat dan masyarakat lokal. “Tidak bosan-bosannya kami mengingatkan tentang Planetary Health, seringkali manusia berpikir sebagai makhluk paling penting di dunia, padahal keberadaan manusia tidak akan lepas dari kelestarian bumi kita, saving forest saving life,” ia berpesan.

Presentasi Praktik Cerdas Yayasan ASRI di Festival Forum KTI IX tersedia di YouTube Yayasan BaKTI