Kesehatan Reproduksi Remaja Menjamin Pencapaian Indonesia Emas 2045
Generasi Emas 2045 adalah wacana dan gagasan dalam rangka mempersiapkan para generasi muda Indonesia yang berkualitas, berkompeten, dan berdaya saing tinggi. Pada 2045, Indonesia diperkirakan akan mendapatkan bonus demografi dimana 70 persen jumlah penduduk Indonesia berada dalam usia produktif (15-64 tahun), sedangkan 30 persen sisanya berusia di bawah 14 tahun dan diatas 65 tahun.
Karena itu generasi emas diharapkan memiliki kualitas unggul, termasuk kecerdasan komprehensif (produktif dan inovatif) interaksi sosial yang damai, karakter yang kuat serta kesehatan dan kepedulian terhadap lingkungan. Karena itu berbagai tantangan untuk mempersiapkan generasi tersebut pun sangat kompleks.
Kesehatan reproduksi remaja menjadi salah satu penentu dari terciptanya generasi emas tersebut. Jika remaja memiliki kualitas kesehatan reproduksi maka salah satu syarat sudah terpenuhi. Kenapa demikian? karena remaja adalah titik tolak dari anak yang mengalami perubahan biologis, psikologis, sosial dan budaya. Pada fase ini terjadi perubahan pola perilaku yang diakibatkan oleh kondisi alami seperti hormon, serta kondisi sosial dan budaya yang melingkupinya sehingga cara berfikir juga berubah yang menyebabkan transisi kepribadian seseorang yang sedang mencari jati diri.
Informasi ini disampaikan oleh Junardi Jufri, Technical Assistance Program Pencegahan Eksploitasi Seksual pada Anak di Ranah Daring (OCSEA) kerja sama UNICEF dan Yayasan BaKTI, dalam undangannya sebagai narasumber pada kegiatan Advokasi dan Pendampingan Perangkat Daerah Dalam pelaksanaan Kebijakan/Program/Kegiatan Pencegahan OCSEA oleh Dinas Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak Kota Makassar. Kegiatan bertema “Edukasi Kesehatan Reproduksi Pada Remaja Tahap II” ini berlangsung pada 14 Agustus 2025 di Hotel Royal Bay Makassar.
Junardi yang lebih akrab disapa Ju’ ini juga menyampaikan bahwa banyak resiko yang bisa terjadi dari kehamilan remaja sebagai akibat dari kurangnya pengetahuan tentang Kesehatan reproduksi atau kespro. Jika terjadi kehamilan yang tidak diharapkan, maka bisa jadi dilakukan pengguguran yang bisa menyebabkan pendarahan, infeksi-mati dan bisa jadi mandul atau infertil setelah dilakukan pengguguran, sehingga yang bersangkutan tidak bisa lagi hamil di masa yang akan datang.
Jika kehamilan tersebut diteruskan, maka bagi si ibu bisa mengalami kesulitan persalinan, eklamsia atau komplikasi yang ditandai dengan darah tinggi sebelum, selama atau setelah kelahiran. Bisa juga terjadi pendarahan bahkan kematian. Untuk bayinya jika dilahirkan dengan selamat sangat bisa mengalami berat badan lahir rendah, kelahiran prematur, bahkan cacat meskipun ada sejumlah kecil yang normal.
Bahkan yang lebih parah, ibu yang masih usia remaja jika melahirkan bisa menyebabkan anak menjadi stunting. Hal ini dikarenakan ibu bayi yang masih dalam masa pertumbuhan sehingga bersaing dengan bayinya untuk memperoleh nutrisi. Remaja pun seringkali memiliki kesehatan yang kurang optimal seperti anemia. Di samping itu juga karena kurangnya pemahaman tentang gizi yang baik bagi bayi.
Kegiatan ini dianggap cukup positif karena menyasar langsung kelompok umur remaja meskipun masih didominasi remaja perempuan. Kegiatan ini dihadiri oleh para remaja yang berasal dari sekitar Tempat Pembuangan Akhir Sampah (TPAS) Antang khususnya dari Kelurahan Biring Romang serta anak remaja dari komunitas nelayan di wilayah pesisir Kota Makassar, Kelurahan Pattingalloang.
Media sosial dan ancaman kespro remaja
Pada kesempatan ini, Ju’ juga menyampaikan ancaman di balik penggunaan media sosial yang tidak terkendali bagi remaja. Hampir 80 persen remaja di Sulawesi Selatan pernah mengakses internet dengan berbagai tujuan. Dibalik manfaat yang diperoleh, juga terdapat ancaman yang setiap saat mengikuti penggunanya yang tidak terkecuali remaja.
Banyak anak remaja khususnya remaja perempuan yang telah mengalami eksploitasi seksual seperti mengalami pemerasan dengan ancaman menyebarkan foto pribadi di media sosial serta berbagai bentuk ancaman lainnya. Selain eksploitasi juga mengalami kekerasan verbal berupa perlakuan yang merendahkan martabat kemanusiaan. Karena itu anak remaja perlu berhati-hati dan mampu memilah dan menilai hubungan pertemanan yang sehat. Dalam kegiatan ini, para peserta juga memperoleh penguatan mengenai perlunya pencegahan OCSEA secara masif di berbagai kegiatan masyarakat termasuk di sekolah-sekolah.
Pada acara ini, hadir juga sebagai narasumber adalah Andi Sri Wulandari, seorang aktivis dan pemerhati sosial yang juga merupakan Tim Ahli Wakil Gubernur Provinsi Sulawesi Selatan. Ia Memberikan materi tentang kesehatan reproduksi dari sisi perkembangan fisik, psikis, sosial dan budaya serta aspek lain yang bisa mempengaruhi perkembangan seorang remaja. Pada acara ini Dani, panggilan akrabnya, menekankan perlunya kehati-hatian dalam bergaul, karena organ remaja di masa ini sudah bisa menjalankan fungsi reproduksi. Pertumbuhan fisik pun sudah terjadi, serta dipengaruhi oleh hormon yang telah berkembang secara alami.
Mengingat manfaat dari kegiatan ini, maka pemerintah Kota Makassar melalui Dinas Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak sebagaimana yang disampaikan oleh ibu Isnaniah Nurdin Kepala Bidang Perlindungan Khusus Anak, merencanakan melakukan kegiatan ini pada tahun anggaran 2026/2027 dengan bersafari ke sekolah-sekolah sehingga bisa menjangkau lebih banyak lagi anak dan remaja.