Peneliti Indonesia Timur Tampil di Panggung Internasional IRSA 2025
Semangat inklusivitas dan kolaborasi riset regional hadir dalam pelaksanaan KONEKSI Research Bootcamp 2025 yang dirangkaikan dengan Konferensi Indonesian Regional Science Association (IRSA) di Kota Semarang. Kegiatan ini menjadi momentum penting bagi para peneliti dari Kawasan Timur Indonesia (KTI) untuk berbagi pengetahuan, memperluas jejaring, dan menunjukkan kiprah mereka di panggung akademik nasional dan internasional.
Diselenggarakan oleh Program KONEKSI bekerja sama dengan Indonesia Project dari Australian National University, Bootcamp ini dirancang khusus untuk memperkuat kapasitas peneliti dari Indonesia Timur dalam melakukan riset yang kolaboratif, inklusif, dan berdampak. Tidak hanya diikuti oleh para grantee KONEKSI, kegiatan ini juga mengundang peneliti dari Jaringan Peneliti Indonesia Timur (JiKTI) yang dikelola BaKTI yang berasal dari Sulawesi Utara, Nusa Tenggara Timur, Nusa Tenggara Barat, Sulawesi Selatan, Maluku, Papua, dan Papua Barat.
Selain itu, Bootcamp ini juga dihadiri oleh peneliti dari jaringan SABDA (Sentra Advokasi Perempuan, Difabel dan Anak) sebagai salah satu Mitra KONEKSI yang selama ini aktif dalam riset dan advokasi sosial berbasis inklusi. Kehadiran dua jaringan ini membuka ruang temu dan pertukaran pengetahuan antar peneliti dari berbagai latar belakang Lembaga, keilmuan dan wilayah, menciptakan ekosistem riset yang lebih dinamis dan saling melengkapi.
Bootcamp kedua yang berlangsung pada 11–12 Juli 2025 ini menitikberatkan pada sintesis data serta keterampilan presentasi akademik. Para peserta mendapatkan pembekalan intensif dari tim Indonesia Project dalam menyusun dan menyampaikan hasil maupun rencana riset mereka secara efektif. Tim mentor dari Indonesia Project yang memberikan bimbingan langsung dalam kegiatan ini terdiri dari para akademisi dan peneliti berpengalaman ANU, yaitu Prof. Budy Resosudarmo, AsPr Firman Kartaadipoetra, Eva Nisa, Dr. Arianto Patunru, dan Kathryn Whitney. Kehadiran mereka memperkaya diskusi dan memberikan arahan strategis dalam memperkuat kualitas riset para peserta. Sebelumnya, Bootcamp pertama telah dilaksanakan di Bali pada 2–6 Mei 2025 dengan fokus pada metode riset kuantitatif dan kualitatif, analisis data, serta penulisan abstrak.
Sebagaimana tahun-tahun sebelumnya, Bootcamp ini dirangkai dengan Konferensi IRSA, konferensi ini merupakan ajang tahunan bergengsi yang mempertemukan akademisi, peneliti, dan pembuat kebijakan untuk membahas isu-isu regional terkini. Tahun ini, IRSA mengangkat tema “Melokalisasi Ekonomi Cerdas dan Infrastruktur untuk Pertumbuhan Inklusif dan Keberlanjutan.”
Di panggung konferensi IRSA, para peserta Bootcamp menunjukkan kemampuannya. Seperti Jovano Deivid Oleyver Palenewen, Focal Point JiKTI dari Sulawesi Utara, mempresentasikan papernya yang berjudul "Inclusivity and Decentralization: Women Legislative Candidacy from The Indonesian Democracy Party of Struggle (PDI-P) In Manado." Ia mengungkapkan bahwa PDI-P secara konsisten menempatkan lebih dari 30% kandidat perempuan, melebihi kuota minimum, dibanding partai lain.
Sementara itu, dari Papua Barat, peneliti muda Yugga mempresentasikan rencana penelitiannya melalui media poster berjudul "Sekolah Alam sebagai Strategi Pendidikan Inklusif untuk Mengembangkan Karakter Anak." Topik ini menuai perhatian peserta atas pendekatan kontekstual dalam pendidikan yang adaptif bagi keberagaman anak-anak Papua. Paper hasil dan rencana penelitian dari anggota jaringan lainnya tak kalah menariknya hal ini ditandai dengan sesi tanya jawab pada setiap akhir presentasi yang begitu hidup dari para peserta yang hadir.
Bootcamp dan IRSA menjadi ruang strategis untuk bertemu, terkoneksi, dan memperluas jejaring lintas sektor. Para peserta menyambut positif momen ini sebagai sarana bertukar pengetahuan, mempertemukan gagasan lintas jaringan, dan membuka peluang kolaborasi riset yang lebih luas antara peneliti dari JiKTI BaKTI, SABDA, dan komunitas akademik di dalam maupun luar negeri.