Mendorong Kolaborasi Peneliti di Indonesia Timur, Langkah Awal Fase Kedua Program JiKTI-KONEKSI

Pada Jumat, 25 Juli 2025, Program Dukungan bagi Pengembangan Jaringan Peneliti Indonesia Timur kerjasama KONEKSI dan Yayasan BaKTI menggelar pertemuan virtual yang menandai dimulainya Fase Kedua Program Pengembangan Jaringan Peneliti Kawasan Timur Indonesia (JiKTI). Pertemuan yang diikuti oleh delapan focal point dari 9 provinsi di Indonesia Timur ini bertujuan mengonsolidasikan strategi penguatan jaringan, memperjelas peran focal point, serta merumuskan rencana kerja dua tahun ke depan. Dalam sambutannya, Suzanna Gosal Deputi Direktur Eksekutif Yayasan BaKTI menekankan pentingnya revitalisasi jaringan peneliti yang sudah ada sejak 2010 yang sempat terhenti akibat pandemi. Dukungan KONEKSI kembali membuka ruang kolaborasi yang lebih luas, dengan harapan jejaring ini tumbuh menjadi wadah yang adaptif dan tangguh. Focal Point juga didorong untuk dapat melaksanakan kegiatan-kegiatan mandiri di wilayah kerja masing-masing dan juga di lintas provinsi sebagai salah satu bentuk kolektif action jaringan peneliti KTI.


Tim BaKTI yang diwakili program coordinator memaparkan capaian fase pertama sepanjang 2024. Capaian ini diantaranya adalah revitalisasi jaringan peneliti di 9 provinsi di kawasan timur Indonesia, pelatihan GEDSI di dua provinsi yakni Maluku dan Gorontalo, forum pengetahuan peneliti Indonesia Timur di 3 provinsi yakni Maluku, Nusa Tenggara Timur dan Sulawesi Selatan, serta pemetaan isu strategis di 9 provinsi. Pelibatan peneliti perempuan dan disabilitas juga terus ditingkatkan, termasuk dalam pelatihan menulis berperspektif GEDSI yang telah melahirkan beberapa draft artikel yang siap untuk dipublikasi.

Program ini memasuki fase kedua dengan rencana kerja yang mencakup peningkatan kapasitas focal point, pengembangan database peneliti, pelatihan penulisan kebijakan, serta forum riset yang menghubungkan peneliti dengan pemangku kepentingan daerah dan nasional serta memfasilitasi hubungan peneliti Indonesia Timur dengan Peneliti Australia. Fokus tahun ke dua fase ke dua akan diarahkan pada penyelarasan hasil riset dengan kebijakan publik serta diseminasi pengetahuan secara lebih sistematis.


Dalam sesi diskusi, para focal point berbagai tantangan dalam pengembangan jaringan di daerah masing-masing. Syamsul Anam dari Sulawesi Tenggara menyoroti pentingnya memperluas jangkauan jejaring ke wilayah kepulauan, seperti Bau-Bau. Sementara Hijrah Lahaling dari Gorontalo menekankan pentingnya mengatasi ego sektoral antar peneliti serta memperkuat pemahaman konsep GEDSI yang masih minim di daerah. Welmince Djulete dari Nusa Tenggara Timur, membagikan praktik baik dari inklusivitas research school yang melibatkan peneliti penyandang disabilitas dan mendorong kolaborasi berbasis kesetaraan. Dari Sulawesi Utara oleh Jovano Alva dan Sulawesi Selatan Djamal Fitrah Alam, dibahas perlunya memperkuat koordinasi lintas institusi dan lintas klaster riset agar kolaborasi tidak berjalan sendiri-sendiri.

Pertemuan ini menghasilkan sejumlah rekomendasi seperti penguatan kapasitas penyusunan proposal kolaboratif, mentoring dari grantee KONEKSI untuk dapat sharing dengan anggota jaringan lainnya, dan pembentukan forum diskusi daring antardaerah. Usulan memperluas jangkauan inklusivitas research school secara daring disambut baik dan akan difasilitasi oleh BaKTI. Diskusi awal ini mencerminkan semangat kolektif para peneliti untuk memperkuat ekosistem riset yang responsif terhadap isu-isu lokal dan agar mampu memberikan kontribusi nyata dalam perumusan kebijakan pembangunan di Kawasan Timur Indonesia.