Tahun ini adalah tahun ke-10 Yayasan BaKTI berkarya di kawasan timur Indonesia. Serangkaian perayaan ulang tahun diadakan di Makassar. Dalam merayakan ulang tahun, BaKTI mengajak 10 figur yang selama ini telah menginspirasi BaKTI dalam berkarya. Kesepuluh figur ini berasal dari beragam latar belakang pekerjaan dan daerah namun kesemuanya memiliki kesamaan: tak pernah lelah berbagi pengetahuan dengan cara yang kreatif untuk kemajuan Indonesia.

Acara perayaan ulang tahun BaKTI telah diabadikan oleh teman-teman yang hadir dalam berbagai bentuk: foto dan informasi singkat yang di-sharing melalui sosial media, tulisan-tulisan di media massa dan blog. Sebagian dari tulisan-tulisan keren yang membuat kami merasa terharu, tersanjung, dan juga kembali terinspirasi kami sajikan bagi Anda. Selamat menikmati!

 

 

 

 

 

 

Masa Depan Indonesia Ada Di Timur oleh Ipul Gassing

Sebuah catatan dari acara ulang tahun 10 BaKTI

yang sangat menginspirasi dan menyenangkan.

“Di Jawa sana, orang Timur selalu disuruh paling depan kalau ada kerusuhan atau perkelahian. Orang Timur selalu dituntut untuk paling berani dan paling kuat. Padahal menurut statistik tingkat gizi rendah itu paling tinggi. Kenapa kita yang sudah gizinya rendah masih harus disuruh berkelahi lagi? Kenapa bukan kalian saja yang gizinya bagus yang berkelahi?” kata Arie Kriting.

Sontak semua hadirin terbahak mendengar guyonannya. Arie mengangkat beberapa stigma negatif masyarakat Indonesia terhadap kami orang Timur yang dianggap terbelakang, miskin, pemberang dan kasar. Melalui komedi, Arie Kriting mengangkat kekuatan besar yang membuat orang Indonesia Timur tetap bertahan hidup dan menertawakan duka kesehariannya.

Arie hanya satu dari 10 orang yang hadir di perayaan 10 tahun BaKTI. Selain Arie ada beberapa tokoh lainnya yang juga sama-sama membawa inspirasi dan mencari terobosan baru.

Di meja registrasi kami disambut beberapa kain selendang dengan corak khas Indonesia Timur yang ditawarkan sebagai cindera mata. Satu kain dengan corak Nusa Tenggara segera saya ambil dan sampirkan di bahu. Kesan sederhana dan lekat dengan Indonesia Timur ditampilkan oleh panitia. Melewati selasar dari kayu kami disambut beberapa jajanan tradisional khas Indonesia Timur. Ada baruasa, kacang rempah, sampai jajanan kecil dari sagu.

Di dalam, Abraham Goram dari Yayasan Kalabia Indonesia sudah melewatkan setengah presentasinya. Abraham dengan kapal Kalabia-nya menyebarkan informasi pentingnya menjaga ekosistem laut di Raja Ampat. Berlayar dari pulau ke pulau, Abraham mengedukasi anak-anak di kepulauan Raja Ampat untuk mengenal satwa dan tumbuhan yang unik dan hidup di pesisir laut Raja Ampat. Harapannya agar kelak anak-anak ini tumbuh menjadi orang yang peduli pada eksosistem laut dan mau menjaganya.

Logat khas Papua yang dibawa oleh Abraham dan dua orang lainnya yang sama-sama ikut ke panggung membawa nuansa yang berbeda. Nuansa yang terasa sangat bersahaja dan tak berjarak.

Deni Ganjar Nugraha. Lelaki tambun dan tak seberapa tinggi ini memang bukan orang dari Indonesia Timur, tapi dia punya sesuatu yang menginspirasi. Dengan kemampuannya sebagai ilustrator, Deni membawa genre baru yang dinamainya rekam gambar.

Deni menggabungkan kemampuan menggambarnya dengan teknik merekam video dan disempurnakan dengan narasi. Hasilnya, sebuah video berisi pesan yang sangat mudah ditangkap karena gambar-gambarnya yang sederhana dan menarik. Kemampuan Deni sudah banyak digunakan oleh instansi atau perusahaan yang ingin menyampaikan pesannya kepada publik dengan cara yang mudah dimengerti.

Tak ketinggalan ada perwakilan anak muda, Bijaksana Junerosano. Lelaki ramping ini becerita tentang inovasinya di bidang social preneurship. Berangkat dari keprihatinannya melihat begitu banyak sampah plastik yang diproduksi orang Indonesia, Bijaksana mencoba mencari terobosan baru untuk mengurangi sampah plastik.

Dari riset yang dilakukannya, Bijaksana menemukan fakta bahwa rata-rata orang Indonesia menghabiskan 700 lembar kantung plastik dalam setahun. Kalikan angka itu dengan jumlah orang Indonesia, maka kita akan mendapatkan ratusan juta lembar kantung plastik.

Bijaksana kemudian memulai kampanye Diet Kantung Plastik, sasaran utamanya adalah ritel besar yang memang sangat loyal memberikan kantung plastik bagi pelanggannya. Bijaksana membuat alternatif bahan dan metode agar para pelanggan tidak mengkonsumsi kantung plastik. Kantung plastik diganti dengan bahan lain yang lebih ramah lingkungan dan bisa dipakai berkali-kali. Dari bahan pengganti dan metode yang baru itu, satu gerai ritel bisa menghemat jutaan rupiah dalam seminggu. Jumlah yang kemudian bisa disalurkan untuk kegiatan konservasi alam.

Selepas Bijaksana, naiklah Kang Pepih Nugraha. Ini untuk pertama kalinya saya melihat langsung inisiator Kompasiana, laman jurnalisme warga terbesar di Indonesia. Saat istirahat kami sempat mengobrol tentang jurnalisme warga dan proses membesarkan Kompasiana.

Kang Pepih terang-terangan mengakui kalau dirinya terinspirasi dari Panyingkul. Dari Panyingkul, Kang Pepih belajar tentang kelebihan dan kekurangannya, hasil dari pelajarannya itulah yang kemudian dia terapkan di Kompasiana. Dari awalnya bekerja sendirian dengan niat iseng-iseng, hingga sekarang Kompasiana sudah berkembang pesat dan jadi satu unit usaha sendiri di bawah Kompas Gramedia.

Acara ulang tahun BaKTI hari itu serasa sebuah paket komplit. Mereka yang berbagi inspirasi punya latar yang berbeda-beda. Selain beberapa nama yang saya sebut di atas ada satu lagi nama yang luar biasa, Noverius Nggili. Pria berambut kerinting khas orang Timur ini punya sesuatu yang unik dan mungkin sulit ditemukan di tempat lain.

Noverius adalah penggagas geng motor iMut, singkatan dari Inovasi, Mobilitas untuk Transformasi yang berpusat di Kupang, Nusa Tenggara Timur. Meski bernama geng motor, tapi alih-alih membuat kerusuhan, geng motor iMuT malah berkelana membawa inovasi. Dari cara beternak dan bercocok tanam yang efektif sampai mengembangkan desalinator (mengubah air laut menjadi air tawar) dan digester biogas portable.

Mendengar presentasi dari Noverius Nggili saya yakin kita semua akan menggelengkan kepala. Punah sudah gambaran geng motor yang brutal dan sering mengganggu keamanan dan ketentraman itu. “Kalau semua geng motor seperti ini, aman Indonesia!” kata saya pada Rama yang duduk di samping saya.

Dua tokoh perempuan yang juga hadir di acara itu adalah Andi Tenri Pada dan Salma dari Sekolah Perempuan Politik Maupe, Kabupaten Maros. Sosoknya sederhana dengan keinginan yang juga sederhana, yaitu meningkatkan partisipasi perempuan dalam dunia politik. Dengan cara-cara sederhana tapi terstruktur, Tenri Pada membuka mata perempuan tentang dunia politik agar mereka tidak hanya jadi komoditas di dunia politik. Sampai sekarang sekolah politiknya sudah masuk ke angkatan kedua dan akan terus dikembangkan.

Aroma khas Indonesia Timur berusaha dihadirkan dari ragam tampilan. Dari aksesoris ruangan yang membawa unsur Maluku, makanan khas dari berbagai wilayah Indonesia Timur, sampai tari-tarian menjadi pelengkap acara.

Tak lupa penampilan paduan suara FISIP Universitas Hasanuddin yang membuat saya merinding. Membawakan medley lagu-lagu dari Nusa Tenggara, Maluku, Papua dan Sulawesi. Saya larut dalam paduan suara yang sempurna. Sumpah, saya merinding melihatnya!

Di penghujung acara, seorang lelaki jangkung berambut gondrong yang diikat ke belakang naik ke atas panggung. Robi namanya, tapi orang lebih mengenalnya sebagai Robi Navicula, pentolan band rock asal Bali, Navicula.

Robi tampil sendirian membawakan 3 lagu dengan gitar akustiknya. Tadinya saya agak ragu, bisakah dia dan lagunya berbaur dengan hadirin yang sebagian besar adalah orang tua.Dan ternyata Robi tetap tampil lugas dan berhasil memaksa penonton untuk ikut bernyanyi bersama. Sempurna!

Selepas acara saya mendekatinya, di antara beberapa pesohor yang hadir hari itu hanya Robi yang jadi sasaran saya untuk berfoto bersama. Saya sudah lama mendengar namanya dan melihat penampilannya, tapi baru kali ini saya bertemu langsung untuk dapat berfoto dan mengobrol sejenak. Dia pribadi yang ramah, jauh berbeda dengan penampilan sangarnya di atas panggung.

Hari itu ada banyak inspirasi dan kesenangan yang kami dapatkan. Seperti kata Luna Vidya sebagai MC bahwa masa depan Indonesia ada di Indonesia Timur! 

Tulisan ini dapat dibaca di http://daenggassing.com/2014/09/25/masa-depan-indonesia-ada-di-timur/

 

Dari Dinamisnya Tabuhan Gendang Hingga Gemulainya Tarian Tradisional

 

 

Mugniar

 

Saya bergegas ke lantai 2, di mana Phinisi Ballroom berada. Terlihat segerombol orang di dekat meja registrasi. “Syukurlah, acara belum dimulai, saya tidak terlambat,” ujar saya dalam hati.

Saya menuliskan nama di daftar presensi, menerima goodie bag dari panitia, dan memilih selendang sebagai souvenir. Selendangnya bagus-bagus, hasil tenunan dari beberapa daerah. 

Pintu masuk ballroom masih tertutup. Sudah banyak orang mencicipi aneka penganan tradisional yang tersedia di meja prasmanan. Kami ngobrol ringan sambil mencicipi penganan tradisional yang tersaji, hingga akhirnya pintu ruang Phinisi dibuka dan wow. Tak terbayangkan apa yang disiapkan oleh BaKTI untuk menyambut para tamunya.

Terdengar tetabuhan gendang tradisional Makassar bertalu rampak, amat dinamis. Membuat siapa pun yang mendengarnya ikut merasakan semangat yang ditimbulkan dari musik Pakanjara oleh pimpinan sang maestro gendang – Daeng Serang Dakko.

Dua orang penari perempuan bersiap di atas panggung. Mereka saling berhadapan sehingga yang satunya memunggungi hadirin. Begitu musik mulai terdengar dari atas panggung, mereka mulai menari. Gerakan yang mereka bawakan amat gemulai, mereka membawakan tarian Pakarena.

Beberapa saat kemudian, penari yang memunggungi kami berbalik badan. Dan nampak bahwa penari tersebut bukan wajah Indonesia, melainkan orang bule. Wow, keren sekali!

Saya menikmati semua suguhan sejak registrasi. Kreatif. Seperti biasa, BaKTI selalu kreatif dalam menampilkan sesuatu.

 

 

KTI: Kaya Tangguh Inspiratif

 

Ibu Caroline Tupamahu, Direktur Yayasan BaKTI berkesempatan memaparkan 10 rahasia BaKTI tetap eksis hingga saat ini. Diantaranya adalah adalah melalui fasilitas, asset based, konsisten, service oriented, akurasi data, akuntabel, pertanggungjawaban, integritas, equity. inovatif, dan fokus.

Satu contoh kecil yang pernah dilakukan BaKTI adalah merespon pemberitahuan via SMS dari seorang dokter mengenai kemitraan dukun dan bidan di Takalar. Tim BaKTI berkunjung ke daerah yang dimaksud untuk melakukan survei. Setelah survei dilakukan, dibuatlah pemberitaan di media BaKTI, yang kemudian meluas hingga diliput oleh media mainstream. Hingga berdampak pada praktik cerdas kemitraan dukun dan bidan ini direplikasi di Provinsi Sulawesi Tenggara dan Sulawesi Utara.

 

Ketika Peneliti dan Pemerintah Tampil Beda untuk Perubahan

Agussalim, Dosen Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Hasanuddin ini adalah peneliti yang juga menjadi Focal Point Jaringan Peneliti Kawasan Indonesia Timur (JiKTI) Sulawesi Selatan. Ia memulai presentasinya dengan kata-kata yang menggelitik:

“Peneliti dan pengambil kebijakan bagaikan hidup dalam dunia berbeda. Peneliti merasa puas dan bangga bila hasil penelitiannya diterbitkan. Sementara pemerintah kerap membuat program yang salah sasaran atau mengadakan kegiatan yang mubazir.”

Pak Agus senang meneliti. Beberapa hasil penelitiannya diserahkannya kepada pemerintah daerah untuk dipakai sebagai dasar pengambilan kebijakan.

Menurut pak Agus, peneliti melakukan proses advokasi agar berhasil. Peneliti membuat risalah kebijakan untuk diserahkan kepada pengambil kebijakan. Pak Agus ini contoh peneliti yang senang berbagi untuk kemaslahatan bersama. Melalui blog pribadinya “Dunia Perencanaan”, ia membagi hasil penelitiannya selain yang diunggah ke media-media BaKTI, tentunya.

Saya jadi ingat para peneliti yang sebentar-sebentar ke luar kota untuk melakukan penelitian. Topik penelitiannya sebenarnya menarik untuk diketahui banyak orang, misalnya bila menyangkut budaya masyarakat setempat namun sayangnya hasil penelitian itu hanya dinikmati oleh mereka sendiri saja. Sayang kan. Andai semua peneliti memiliki kesadaran membagi informasi kepada publik seperti pak Agus ini, dunia pengetahuan kita akan menjadi lebih kaya dan berwarna.

Berikutnya hadir Noldy Tuerah. Ia merupakan figur pejabat pemerintah daerah yang mengutamakan kemitraan dan selalu mengupayakan berbagi pengetahuan guna mendukung pemerintahan yang efektif. Pak Noldy menceritakan pengalamannya ketika membuat konsep pembangunan infra struktur dan diminta oleh gubernur Sulawesi Utara untuk terlibat dalam perencanaan dan pengawasan di lapangan.

Pak Noldy mempunyai peran penting dalam sebuah ajang internasional yang diadakan di Manado. Mulanya pihak pusat mencemooh dan mengatakan tak mungkin. Berkat pemberitahuan dari seorang pejabat tinggi yang mengatakan ada dokumen yang disupport sebuah lembaga internasional yang harus dimiliki pemerintah daerah untuk bisa menyelenggarakan kegiatan internasional yang dimaksud, pak Noldy dan timnya pun mengusahakannya dan mengadakan lobi “internasional”.

Hasilnya, kegiatan internasional yang diinginkan berhasil diselenggarakan dan mendatangkan investasi signifikan di Manado. Satu pernyataan pak Noldy menarik untuk digarisbawahi, “Dengan komitmen yang kuat dan konsep yang baik, apapun bisa dilakukan!”

Tulisan ini dapat dibaca di

http://www.mugniar.com/2014/09/dari-dinamisnya-tabuhan-gendang-hingga.html,

http://www.mugniar.com/2014/09/kti-kaya-tangguh-inspiratif.html http://www.mugniar.com/2014/09/ketika-peneliti-dan-pemerintah-tampil.html

  

#10ThnBaKTI: Noverius Nggili, Preseiden Geng Motor iMuT

 Cora Bittara Amarah

 

 

 “Kita sudah pernah punya presiden perempuan, tapi kita belum pernah punya presiden dari timur,” begitu pernyataan Arie Kriting di depan ratusan undangan perayaan 10 Tahun BaKTI.

 

 

 Arie Kriting sedang tidak orasi atau berkampanye, ia juga sedang tidak melawak. Ia sedang memaparkan presentasinya. Arie diundang oleh BaKTI untuk berbagi cerita mengingat ia kerap mengusung isu-isu pembangunan yang sedang dihadapi oleh masyarakat Kawasan Timur Indonesia.

Lawakan Arie memang khas, ia sering menyindir berbagai ketimpangan yang terjadi di KTI. Juga bagaimana stigma negatif yang terlanjur melekat pada masyarakat KTI. Stigma inilah yang menjadi perhatian Arie dalam presentasinya yang berjudul Melawan Stigma dengan Komedi.  

“Komedi adalah jembatan komunikasi yang efektif,” terang Arie.

Bagi Arie, masyarakat Indonesia bagian timur adalah masyarakat tangguh menghadapi segala kekurangan. Dengan komedi, ia merasa bebas membahas hal-hal serius semacam ketimpangan pembangunan di Indonesia bagian timur. “Bayangkan jika kita membahas hal menyedihkan, dengan cara menyedihkan juga, maka semakin terpuruklah kita”, kata Arie.

Media menurut Arie, berperan penting dalam penyebaran stigma negatif yang kemudian dipercayai oleh generasi penerus di timur Indonesia. Komika yang sudah membintangi dua film ini mengambil contoh Bill Cosby. Komedian berkulit hitam ini juga mencoba menetralisir stigma buruk pada warga Afro-Amerika melalui komedi.

“Cosby sangat menghindari makian dan umpatan dalam materinya karena itu sangat identik dengan warga kulit hitam,” terang Arie. Melalui komedi, Bill Cosby ingin mengikis stempel bahwa keluarga kulit hitam itu miskin dan bodoh.

Upaya Bill Cosby berhasil, itu terlihat 25 tahun kemudian ketika warga Amerika memilih Barack Obama, presiden pertama berkulit hitam. Arie pun menyandingkan foto Bill Cosby dan Barack Obama dalam slide presentasenya. Slide berikutnya membuat undangan tertawa ketika melihat Arie menyandingkan dirinya sebagai komedian dan Noverius Nggili sebagai presiden Indonesia 25 tahun kemudian. “25 tahun ke depan, kita harus punya presiden dari timur,” tegas Arie yang disambut tepuk tangan para undangan.

Tulisan ini dapat dibaca di http://lelakibugis.net/10thnbakti-noverius-nggili-presiden-geng-motor-imut/